Alhamdulillah.. setelah menempuh perjalana jauh dan melewati jalan yang berliku liku akhirnya alfaqir dan rombongan sampai di makam waliyulloh di pamijahan tasikmalaya
20171123154732
20171123154806
Wali Allah yang amat terkenal, khususnya di wilayah Jawa Barat, salah satu ulama yang berjasa besar menyebarluaskanTarekat Syattariyyah di pulau Jawa. Beliau juga menyebarkan ajaran doktrin “martabat tujuh” yang kelak mempengaruhi pemikiran Tasawuf di Pulau Jawa. Makamnya yang berada di Pamijahan, Tasikmalaya, Jawa Barat, menjadi salah satu pusat ziarah utama. Banyak yang berziarah kesanaterutama pada bukan maulid (Rabiul Awwal) untuk mengharapkan berkah dan tujuan-tujuan keduniawian.Tidak diketahui pasti kapan Syekh Abdul Muhyi dilahirkan – setidaknya ada dua versi, yakni tahun 1640 dan atau 1650. Salah satu riwayat menyatakan beliau lahir di Kartasura. Ibundanya, Nyi R. Ajeng Tangenjiah, masih keturunan Rasulullah, sedangkan ayahandanya, Sembah Lebe Wartakusumah adalah keturunan Raja Galuh. Syekh Abdul Muhyi menghabiskan masa remajanya di Gresik, JawaTimur. Kemudian, pada usia 19 tahun, beliau pergi ke Aceh untuk berguru kepada Syekh ABDUR RAUF SINGKEL selama kurang lebih 8 tahun (1669-1677). Kemudian, dalam usia 27 tahun, beliau diajak gurunya menziarahi makam Sulthan al-Awliya Syekh Abdul Qadir al-Jilani. Beliau sempat bermukim diBaghdadselama 2 tahun untuk mendalami Islam, terutama Tasawuf. Kemudian bersama gurunya pula beliau menunaikan ibadah haji. Di Mekah inilah Syekh Abdur Rauf menerima ilhami rabbani yang menyatakan bahwa salah satu muridnya akan menjadi wali besar. Menurut ilham ini, jika nanti Syekh Abdur Rauf sudah mengetahuinya, maka si murid harus segera disuruh pulang ke Jawa untuk menyebarluaskan ajaran yang diperolehnya di suatu tempat tertentu. Tempat yang dimaksud bercirikan sebuah gua yang konon bekas tempat Syekh Abdul Qadir al-Jilani menjalani tawajjuh dalam menerima ilmu dari gurunya, Syekh Imam Sanusi.Sebelum mencari tempat dimaksud, Syekh Abdul Muhyi pulang terlebih dahulu untuk mohon doa restu orang tuanya. Tetapi orang tuanya menyarankan agar beliau menikah terlebih dahulu. Beliau kemudian menikah dengan Ayu Bakta. Tak lama setelah menikah Syekh Abdul Muhyi berangkat menuju sebuah tempat yang kini disebut Darmadi Kuningan Jawa Barat. Di sini beliau menetap selama 7 tahun dan mendakwahkan ajaran Islam. Sembari mengajar dan berdakwah beliau selalu mencari-cari gua yang diisyaratkan oleh ilham gurunyaitu. Salah satu tanda lokasinya adalah jika beliau menanam padi satu, maka hasilnya juga satu, artinya tidak menambah penghasilan. Tetapi selama beberapa tahun menanam padi, hasilnya selalu melimpah-ruah. Setelah 7 tahun mencari tidak ketemu, beliau kemudian mengembara lagi, kali ini ke daerah Pameungpeuk, Garut Selatan. Kepergiannya ditemani sanak-keluarganya, termasuk kedua orang tuanya. Di sini beliau harus menghadapi lawanberat – para dukun ilmu hitam dan penjahat. Di sini pula ayahandanya meninggal dunia, dan dimakamkan di Kampung Dukuh. Setelah setahun, beliau lalu melanjutkan perjalanan ke Batuwangi, dan Lebaksiuh. Dalam berdakwah di daerah-daerah ini beliau harus menghadapi tantangan dari penganut Hindu yang memusuhinya dan menyerangnya baik itu dengan ilmu gaib (sihir) maupun secara fisik. Tetapi karena selama menanam padi di sini hasilnya juga melimpah, beliau melanjutkan perjalanan ke lembah di gunung Cilumbu, sebuah lembah yang indah. Gunung ini kelak dinamakannya “Gunung Mujarod,” tempat menenangkan diri atau dalam bahasa Sunda “nyirnakeun manah.” Di kawasan inilah padi yang ditanam Syekh Abdul Muhyi hanya berbuah satu. Dan pada 1690 M beliau, yang sudah berumur 40 tahun, menemukan gua yang kelak dikenal sebagai Gua Pamijahan.Gua inilah yang kemudian menjadi pusat dakwahnya, dan merupakan tempat yang keramat, karena sering dipakai oleh Syekh Abdul Muhyi untuk melakukan riyadhah spiritual. Konon Syekh Abdul Muhyi bisa langsung ke Mekah melalui salah satu lorong sempit di di sekitar gua itu. Saat itu tempat itu masih dinamakan Gua Safar Wadi. Nama Pamijahan adalah sebagai perlambang – karena banyak orang berdatangan berduyun-duyun ke gua, laksanaikan yang akan bertelur (mijah), maka ia kemudian disebut “Pamijahan.”Kharisma dan keilmuannya menyebabkan nama Syekh Abdul Muhyi terkenal di mana-mana. Bahkan banyak ulama yang datang untuk berguru kepadanya. Yang terkenal adalah Syekh Maulana Mansur (putra Sultan Abdul Fatah Tirtayasa Banten) dan Syekh Ja’far Shadiq dari Garut. Konon mereka bertiga sering pergi ke Mekah lewat sebuah lorong sempit di gua. Bahkan Sultan Mataram saat itu (Paku Buwana I) secara khusus meminta Syekh Abdul Muhyi untuk mengajari putra-putrinya, dengan imbalan daerah Pamijahan akan dibebaskan dari pajak, atau dijadikan tanah perdikan yang otonom. Syekh Abdul Muhyi meninggal pada tahun 1715 atau menurut riwayat lain tahun tanggal 8 Jumadil Awwal 1151 H atau 1730 M.Ajaran dan karamahSelain menjadi Mursyid Tarekat Syattariyyah, Syekh Abdul Muhyi juga mengajarkan Tarekat Qadiriyyah wa Naqsyabandiyyah – beliau menulis risalah Tarekat ini yangberjudulKitab Tariqah Qadriyyah wa Naqsyabandiyyah. Sebagaimana Mursyid Tarekat pada umumnya, Syekh Abdul Muhyi mementingkan penanaman zikir, agar tidak sekedar lisan, tetapi juga merasuk dan tertanam kuat dalam hati. Syekh Abdul Muhyi menyebutkan tujuh prinsip perjalanan spiritual yang didasarkan pada zikir kalimat Tauhid.Pertamaadalah mendekatkan diri secara lahir dan batin.Keduaadalah mengisi lathaif (organ batin) dengan kalimatlaa ilaha illa Allah.Ketigaadalah menyatukan penglihatan mata batin dengan “rasa” Tuhan. Selalu menyadari kekuasaan, otoritas dan kekekalan Allah. Unsur indera jasmani harus bersatu dengan indera ruhani dan hati.Keempatadalah menyatukan kalimat thayyibah dengan diri keseluruhan: indera,pikiran, perasaan, hati.Kelimaadalah mengaktualkan kalimat thayyibah dalam perbuatan, yakni mempraktikkannya secararinci. Ada empat modal utama dalam hal ini, yakni yakin, iman, islam dan sabar.Keenamadalah menjauhi semua perbuatan dosa. Danketujuhadalah menyatukan diri dalam kodrat dan iradat Ilahi. Menurut Syekh Abdul Muhyi, orang Islamharus khusyuk mentafakuri makna kalimat laa ilaha illa Allah ini. Orang Islam tidak cukup hanya beribadah hanya karena ganjaran, hanya karena takut siksa. Yang lebih utama dari itu adalah ibadah sebagai tindak kepatuhan dan kebaktian kepada Allah, mengikuti perintah Rasulullah.Mengenai zikirnya, Syekh Abdul Muhyi menyebut ada tujuh tingkatan zikir. Pertama zikir lisan dengan kalimat thayyibah atau zikir nafy-itsbat. Kedua adalah zikir ism al-dzat, menyebut kalimatAllah huwa Allah huwa, yang akan berlanjutke zikir ism al-ghaib (hu hu). Ketiga adalah zikiral-sirr, zikir pelan dalam hati. Keempat adalah zikirsyughul al-insan al-kamil, yakni zikir dengan menggambarkan rupa guru sambil “mengukir” tanda kekuasaan Allah di dalam hati. Kelima adalah zikirsyughul al-ibrah, zikir dengan niat menerakan asma Allah di dalamsegala yang maujud. Keenam adalah zikirsyughul al-mir’ah, yakni zikir dengan niat berkaca dalam cermin Allah. Dan ketujuh adalah zikirsyughul al-isti’la, yakni semacam upaya menyaksikan denganbashirahAllah, melihat di dalam kehendak-Nya, sehingga mampu melihat Ruh Muhammad dan seisi langit danbumi. Sedangkan lathaif yang mesti dikenai zikir ada tujuh macam, yaknilathifah al-qalab, lathifah al-qalbi, lathifah al-khauf, lathifah al-akhfa, lathifah al-khafi, lathifah al-nafsidanlathifah al-sirr.Syekh Abdul Muhyi juga mengajarkan “martabat alam tujuh,” sebuah ajaran tentang tajalli Tuhan, yang bersumber dari ajaran sufi besar Syekh Muhammad ibn Fadlullah Burhanpuri yang dituangkan dalam kitabal-Tuhfah al-Mursalah ila Ruh al-Nabi. Ajaran ini berkembang dan diajarkan di banyak tempat di Nusantara dengan sedikit variasi versi – seperti oleh Syekh Abdurrauf, Hamzah Fansuri, Nuruddin Raniri, dalam seratCenthinikarya pujangga Yasadipura II, dan seratWirid Hidayat Jatikarangan Ronggowarsito. Versi Syekh Abdul Muhyi tidak jauh berbeda.Martabat pertama adalahAhadiyyah– tahap ketika hanyaada Allah yang tanpa deskripsi, tanpa ungkapan, tanpa arah, tanpa tempat, pendeknya keadaan yang ghaib dari yang ghaib (ghaib al-ghuyub). Ini adalah ketersembunyian mutlakyang tak terjangkau bahkan olehpara Nabi, yakni “perbendaharaan tersembunyi.” Martabat kedua adalahAlam al-Wahdah, atauta’ayyun awalyang kadang disebutjauhar awal, at
20171123154744
20171123154042
sumber tulisan : https://warkopmbahlalar.com
BACK TO HOME

80s toys - Atari. I still have